Olahraga dan Media


Berbicara tentang olahraga bukanlah tentang entitas tunggal. Olahraga sebagai ilmu tidak bisa dilepaskan dari ilmu lain. Karena itu olahraga bukanlah mono disiplin ilmu tetapi interdisiplin ilmu. Untuk itulah kita kemudian mengenal sosiologi olahraga, psikologi olahraga, pedagogi olahraga, fisiologi, biomekanika, dan sebagainya. Dalam bahasan sosiologi olahraga kita juga akan menemukan olahraga sangat terkiat dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Seperti olahraga dan agama, olahraga dan politik, olahraga dan budaya, olahraga dan industri, olahraga dan kriminalitas, olahraga dan lingkungan, olahraga dan gender, olahraga dan ekonomi, olahraga dan media. Maka benarlah jika olahraga disebut sebagai miniatur masyarakat.

Olahraga, media, dan televisi menjadi kebutuhan dasar interaksi dengan masyarakat atau pemirsa. Di dalamnya banyak aspek yang harus dipenuhi agar masyarakat, pemirsa, suporter dapat menikmati siaran dan menjadi satu kesatuan. Melalui berbagai media mainstream (internet, media sosial) dan televisi konten olahraga dapat disajikan kepada khalayak termasuk menyampaikan pesan atau nilai-nilai olahraga. Di era saat ini, di mana segala kebutuhan manusia terintegrasi secara real time, asupan informasi olahraga secara cepat harus dipenuhi oleh industri media dan pers.

Olahraga tanpa media akan menjadi gelaran yang mati. Media telah memainkan peran fundamental dalam penyampaian dan konsumsi info olahraga. Peran itu semakin lama semakin berkembang pesat. Lihat saja pada pertandingan Piala Davis tahun 1989 di mana jam menonton televisi mencapai 839, kemudian berkembang menjadi 1.219 jam pada tahun 1993, 1.460 jam pada tahun 1998, dan 1.660 jam pada tahun 2000. Demikian halnya pada cabang olahraga paling populer sejagat, sepak bola. Final sepak bola Liga Champions UEFA 2000 telah ditonton di lebih dari 200 negara, melibatkan lebih dari 300 jam liputan di seluruh dunia, menggunakan 80 penyiar, dan lebih dari 100 saluran televisi. Liputan media adalah pusat penyelenggaraan Olimpiade dan berbagai even olahraga.

Berkembangnya kebutuhan informasi olahraga ditangkap oleh pemilik industri media menjadi industri yang menggiurkan. Jika dulu, masyarakat dapat melihat pertandingan olahraga secara langsung dan gratis, saat ini tidak bisa lagi. Pola konsumsi informasi sudah menjadi kebutuhan primer sehingga masyarakat pun rela membayar untuk mendapatkan informasi olahraga. Industri media telah bergerak melampaui industri media konvensional seperti surat kabar, majalah, radio. Berbagai platform digital telah merambah ke ruang-ruang privat dan menyajikan informasi olahraga secara eksklusif. Internet memungkinkan tingkat keterkaitan dan interaktivitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah pengguna Internet di seluruh dunia telah berkembang pesat dan berbagai aktivitas yang dapat diselesaikan secara online.

Begitulah sebagai hukum simbiosis mutualisme, industri media berkembang dan masuk menjadi imperialisme media. Artinya, pemilik klub olahraga juga menguasai berbagai jaringan media. Kekuatan konglomerasi memungkinkan mengawinkan gelaran olahraga dengan kepentingan bisnis melalui jaringan media. Kita dapat secara gamblang melihat berbagai even olahraga juga diselenggarakan oleh pemilik jaringan media. Tentu para pemirsa terutama yang berada di negara berkembang menjadi target market yang luar biasa. Perusahaan multinasional yang berbasis di negara yang paling kuat mendominasi arus informasi, termasuk informasi olahraga. Pada tahun 2004, semua dari 17 perusahaan terkait media olahraga berbasis di Eropa atau Amerika, dengan 10 dari 17 perusahaan ini terdaftar di New York atau London. 17 perusahaan media tersebut diantaranya adalah Fox Entertainment, SportsLine.com Inc, Walt Disney Co, Wireless Group, News Corporation Ltd, dan British Sky. Pada tahun 2000, olahraga menyumbang 7 persen dari genre penyiaran di seluruh dunia dengan 18 persen lainnya adalah berita dan acara khusus, hiburan 30 persen, fiksi 44 persen dan lain-lain 1 persen. 

Akhirnya olahraga dan media menjadi satu kesatuan yang sangat penting dan memberi definisi media olahraga adalah olahraga yang dimediasi oleh media. Berbagai aspek media olahraga meliputi konstruksi sosial, ekonomi, dan politik yang membawa pesan, dikendalikan oleh manusia, dan memberikan representasi realitas yang dipilih. Olahraga melalui media membawa pesan tentang jenis kelamin, ras, kelas, kebangsaan, kekerasan, dan apa yang baik dan apa yang buruk dalam olahraga.

Daftar Pustaka:

Jarvie, G. (2006). Sport , Culture and Society An Introduction. Routledge.

Komentar

  1. Lanjutkan: 1. Buat power point dan 2. Baca pokok-pokok materinya di rekam video/yutube selfi kemudian unggah di akun web blok. Ilmu keolahragaan khas Indonesia telah resmi dideklarasikan sebagai DISIPLIN ILMU KEOLAHRAGAAN yang dilaksanakan pada tahun 1999 di Surabaya oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu yang berkompeten dengan masalah keolahragaan dan praktisi olahraga dari dalam negeri maupun mancanegara. Ilmu keolhragaan telah memenuhi persyaratan filosofis keilmuan yang meliputi landasan epistemologis, ontologis dan aksiologis seta obyeknya adalah gerak tubuh manusia yang meliputi fisik dan non fisik. Disiplin/bidang ilmu keolahragaan merupakan sinergi dari 3 (tiga) bidang disiplin ilmu, yaitu disiplin bidang ilmu eksakta (exsac sciene), ilmu-imu sosial (social sciene) dan ilmu humaniora ( humaniora sciene). (Disarikan dari Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan, Dirjen Dikti Kemediknas R.I. Jakarta, 2000, Ilmu Keolahragaan Keolahragaan di Indonesia dan Pengembangannya).
    Dari perkembangan inilah maka Fakultas Imu Keolahragaan merupakan fakultas ilmu eksakta sehingga dapat meningkatan status Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) meningkat menjadi Universitas Surabaya ( Unesa) sejak tahun 2000 dan di FIO waktu itu Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK) pada Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi (Pend. Kesrek) didirikan Program Studi ILMU KEOLAHRAGAAN yang berbasis dominan disiplin ilmu eksakta

    BalasHapus
  2. Lanjutkan: 1. Buat power point dan 2. Baca pokok-pokok materinya di rekam video/yutube selfi kemudian unggah di akun web blok. Ilmu keolahragaan khas Indonesia telah resmi dideklarasikan sebagai DISIPLIN ILMU KEOLAHRAGAAN yang dilaksanakan pada tahun 1999 di Surabaya oleh para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu yang berkompeten dengan masalah keolahragaan dan praktisi olahraga dari dalam negeri maupun mancanegara. Ilmu keolhragaan telah memenuhi persyaratan filosofis keilmuan yang meliputi landasan epistemologis, ontologis dan aksiologis seta obyeknya adalah gerak tubuh manusia yang meliputi fisik dan non fisik. Disiplin/bidang ilmu keolahragaan merupakan sinergi dari 3 (tiga) bidang disiplin ilmu, yaitu disiplin bidang ilmu eksakta (exsac sciene), ilmu-imu sosial (social sciene) dan ilmu humaniora ( humaniora sciene). (Disarikan dari Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan, Dirjen Dikti Kemediknas R.I. Jakarta, 2000, Ilmu Keolahragaan Keolahragaan di Indonesia dan Pengembangannya).
    Dari perkembangan inilah maka Fakultas Imu Keolahragaan merupakan fakultas ilmu eksakta sehingga dapat meningkatan status Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) meningkat menjadi Universitas Surabaya ( Unesa) sejak tahun 2000 dan di FIO waktu itu Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK) pada Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi (Pend. Kesrek) didirikan Program Studi ILMU KEOLAHRAGAAN yang berbasis dominan disiplin ilmu eksakta

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jawaban UTS Sosiologi Olahraga Semester Gasal Tahun Akademik 2020-2021

Pendidikan Merdeka dan Makna Belajar